Masih Jelas tergambar wajahnya di benak kami. Masih terngiang gelak tawanya di telinga kami. Masih hangat keluhan kecil dari bibirnya meninggalkan yang tercinta untuk melanjutkan karyanya. Tapi burung besi itu tetap datang dan membawanya pergi.
Kemudian siang itu,
Kamis, 6 Januari 2011...
Hati tersayat pilu mendengar kabar dari seberang. Gelak tawa kemudian berubah menjadi ratap tangis.
Sang Khalik memanggilnya dan tak ada yang berkuasa menahan kehendak-NYA.
Dia di sana terbaring kaku... sendiri...
Dia telah pergi dan tak akan kembali.
Kami merintih perih .... perih karena kehilangan sosoknya. Ada sesal di hati dan berjuta tanya tersirat di benak terbalut kata tanya "Mengapa?"
Air mata terus berderai membasahi pipi, tapi kami bisa apa?
Hanya Berserah !!!
Kami tertunduk, mata kami masih sembab karena kehilangannya. Bahkan tak jarang air mata kembali mengalir ketika sosoknya terlintas di pikiran kami.
Tetapi, ada kekuatan yang mampu membantu kami untuk menegakkan kepala...
"PENGHARAPAN"...
Ya...hanya itu yang tersisa.
Pengharapan di balik salib dan kuasa kebangkitan-NYA
Janji-NYA mengalir memenuhi hati kami
seperti surat Rasul Paulus bagi Jemaat di Thesalonika:
"Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia. Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan" (I Tesalonika 4:13-17).
Selamat jalan kakak tercinta, damaimu di sisi-NYA.
Makin t’ranglah perjalanan, makin tinggi aku naik. Dan bebanku makin ringan, makin nampaklah yang baik. Di sanalah t’rang abadi, tiada tangis dan keluh; Di neg’ri seb’rang pelangi, kita k’lak ‘kan bertemu (PKJ 241:2)