Entah mengapa akhir-akhir ini aku merasakan kepenatan. Kuhirup dalam-dalam nafas dan ku hembuskan kuat-kuat mencoba mengenyahkan sesak dan sensasi aneh yang akhir-akhir ini seakan begitu menguasaiku, tetapi… yang kuhirup justru aroma kesepian yang kian pekat. Mengapa? Mengapa rasa ini mesti hadir? Rasa yang aku sendiri tak bisa mendefinisikan apa. Kesepian yang amat menggigit.. Tak berdaya. Tak berharga. Tapi mengapa?
Bukankah aku cukup berharga? Bahkan sangat berharga?
Kemanakah semangat yang ku rasakan dulu? Kemanakah daya hidup yang selalu mampu membuatku menegakkan kepala di depan teman-teman? Kemanakah kehangatan yang selalu ku rasakan mengalir mengaliri pembuluh darah jika berada di antara teman-teman, mendiskusikan sesuatu di tengah gelak tawa dan lelucon-lelucon yang segar?
Mengapa setiap pulang ke kamar yang tersisa hanya rasa lelah dan semua yang kulakukan di kampus seolah berlalu begitu saja?
Aku selalu mencoba menghadirkan kembali dalam benak semua kegiatan yang telah kujalani hari in. Berharap menangkap semangat, daya hidup dan kehangatan itu kembali tapi ku rasa kian lelah.
Mungkin aku masih bisa menutupi semuanya dengan senyum di depan mereka seolah aku baik-baik saja. Aku terus berusaha ingkari kata hati dan membohongi banyak orang. Aku tak ingin mereka tahu. Bagiku mereka masih asing walaupun sudah hampir tiga tahun kami bersama.
Aku belum bisa menangkap sinyal persahabatan dan persaudaraan pada salah satu dari mereka. Aku tak punya cukup modal “rasa percaya” untuk kembali membangun hubungan persahabatan dan persaudaraan dengan mereka setelah aku terlanjur kehilangan rasa itu beberapa waktu yang lalu di tempat ini ketika aku berpikir telah menemukan seseorang untuk ku jadikan sahabat dan ternyata aku salah.
Di sini, di tempat yang jauh dari orang-orang yang kusayang dan yang menyayangiku, rasanya cukup berat untuk ku jalani. Ku akui, untuk saat-sat tertentu aku kuat tapi terkadang aku jatuh. Aku tahu mereka yang jauh di sana terus mendukungku dan memberiku motivasi, tapi semua itu sangat terbatas. Mereka tidak selalu tahu keadaanku di sini walaupun aku telah menceritakan kepada mereka. Hingga terkadang ada hal yang memang harus ku tanggung sendiri dan aku terus bergumul untuk itu.
Aku akan bangkit dari kejatuhanku.....aku tak akan menyerah..... aku tahu aku bisa....
Dalam kepenatanku, ku buka PC-ku dan jari ku mulai menari-nari di atas tuts key board yang membawaku masuk dalam dunia maya, kemudian mataku menagkap sebuah slogan singkat di salah satu blog “You’re never alone, even if you think you are” dan seketika itu aku tertegun, mencoba mencerna kata demi kata dari kalimat tersebut.
Aku berpikir bahwa saat ini aku sendiri tapi benarkah sesungguhnya aku tidak pernah sendiri seperti pernyataan dari kalimat tersebut?
Saat pertanyaan itu muncul dibenakku, muncul pula sebuah nama “Yesus” diikuti pertanyaan berikutnya “do you still believe Me?” dan akupun tak mampu membendung air mata yang mengalir di pipiku. DIApeduli padaku dan aku selalu berusaha menjauh dari-Nya, tapi kasih-Nya merangkulku kembali.
Mengapa aku seperti orang bodoh yang baru menyadari hal ini?
Selama ini ku panggil nama-Nya, kulantunkan kebesaran dan kemegahan-Nya setiap minggu, telah kudengar keagungan kuasa-Nya dari bibir-bibir penuh saksi atas kebaikan-Nya.
Aku membaca berpuluh-puluh kitab dan buku tentang DIA, beratus-ratus kertas yang menceritakn tentang pribadi-Nya, identitas-Nya, melafalkan tutur-Nya dalam beribu-ribu aksara.
Tapi mengapa selama ini aku seperti tidak mampu lagi melihat pesona-Nya yang dulu ku puja, ku lihat dan ku rasakan? Semuanya seakan lenyap dan hilang.
Mengapa aku begitu buta?
Aku sampai-sampai sudah dibibir batas ujung pencaianku akan DIA .
Saat itu aku tahu bahwa sesungguhnya, DIA tidak pernah hilang.
Tidak pernah pergi. Masih ada di sini.
Saat itu juga aku tahu aku masih milik-Nya dan akan tetap jadi milik-Nya.
TUHAN itu baik, bahkan DIA tetap baik apapun keadaan yang kita alami.
Dan bahwa di mana pun kita berada serta bagaimanapun keadaannya,
Kita bisa menjadikan hidup ini indah dan menyenangkan dengan mengucap syukur dan tidak mengeluh.
Jumat, 13 Maret 2009
Langganan:
Postingan (Atom)